Komunikasi Politik
Tomi Tri Prasetyo
Universitas Budi Luhur, 2012
1.
Pengertian Komunikasi Politik
Komunikasi dan Politik merupakan gabungan dari dua konsep
yang saling berkaitan. Dalam ilmu pengetahuan kedua ilmu ini adalah ilmu yang
berdiri sendiri, namun keduanya memiliki kesamaan dalam objek meterial dan
kajian tentang manusia.
Komunikasi memiliki pengertian dimana terjadinya
interaksi proses saling pertukaran makna dan penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan melalui atau tanpa melalui perantara (media), baik secara
verbal (kata-kata) ataupun non verbal (tulisan, gerak tubuh).
Politics, dalam bahasa Inggris, adalah sinonim dari kata
politik atau ilmu politik dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Yunani pun mengenal
beberapa istilah yang terkait dengan kata politik, seperti politics (menyangkut
warga negara), polities (seorang warga negara), polis (kota negara), dan
politeia (kewargaan).
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
komunikasi politik adalah proses penyampaian pesan politik (pesan yang
bermuatan politik) yang disamapaikan oleh pemerintah sebagai pemilik kekuasaan
atau oleh oponion leader.
2.
Ruang Lingkup Komunikasi Politik
1.
disampaikan oleh komunikator politik, (komunikator politik)
2. Pesannya bermuatan politik yang menyangkut kekuasaan
dan negara, (pesan politik)
3.
media yang digunakan dalam komunikasi politik
4. Pemuka pendapat, orang yang dianggap paham dan
memiliki suatu kuasa. (opinion leader)
5. sasaran yang dituju (Komunikan Politik)
6. Pandangan masyarakat secara umum mengenai politik yang
tejadi (opini public)
Maka,
secara sederhana komunikasi politik dapat diartikan sebagai komunikasi yang
diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa sehingga masalah
yang dibahas oleh suatu jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua
warga melalui sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik. (
Astrid S. Susanto ). Ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa komunikasi
politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka
ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa
–”penggabungan kepentingan” (interest aggregation” dan “perumusan kepentingan”
(interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy. (Miriam
Budiardjo).
3.
Model-Model
Komunikasi Politik
Dalam penerapan komunikasi politik, ada beberapa perbedaan karakteristik yang mmyebabkan timbulnya yang disebut model komunikasi politik. Model sendiri memiliki berarti suatu perwujudan suatu fenomena, baik secara nyata maupun abstrak, dengan memperlihatkan unsur-unsur yang terpenting dalam fenomena tersebut.
Berikut model-model komunikasi politik:
Dalam penerapan komunikasi politik, ada beberapa perbedaan karakteristik yang mmyebabkan timbulnya yang disebut model komunikasi politik. Model sendiri memiliki berarti suatu perwujudan suatu fenomena, baik secara nyata maupun abstrak, dengan memperlihatkan unsur-unsur yang terpenting dalam fenomena tersebut.
Berikut model-model komunikasi politik:
- Komunikasi politik tradisional,
komunikasi yang
diterapkan oleh para elit politik hanyalah untuk kepentingan golongan mereka
saja. Media massa difungsikan sebagai alat kontrol sosial untuk memelihara
ketertiban dan pemerintahan golongan elit. Disini terlihat jelas bahwa yang
memegang kendali adalah para elit politik, sehingga terjadi ketidak seimbangan
antara opini masyarakat dan kebijakan yang dijalankan pemerintah.
- Komunikasi masa transisi,
media
massa harus berjalan secara terang-terangan, tidak terkekang, untuk menciptakan
titik pandang yang memberikan pengujian yang independen terhadap pemerintah dan
memiliki peluang untuk menelaah semua opini secara bebas dan terbuka.
- Komunikasi timbal balik,
Tejadinya
komunikasi dua arah antara media massa dengan masyarakat serta politisi.
Pemerintah menerima prinsip pers yang bebas, tetapi pers juga harus
melaksanakan pelayanan masyarakat melalui kritik sosial yang didampaikan oleh
bebagai komponen masyarakat yang bertanggung jawab, dengan jaminan atas pers
bebas.
Penerapan ketiga model diatas sebenarnya tida mutlak terjadi secara utuh pada suatu sistem pemerintahan. Tetap terjadi beberapa penyimpangan oleh sebagian kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan tersendiri. Hubungan antara negara dan media bukanlah seperti yang ditafsirkan oleh kebanyakan orang yakni sebagai perantara dari informasi resmi, mengumpulkan dari sumber-sumber yang resmi, menyampaikan pada warga negara dan mengembalikan tanggapan warga negara kepada pemimpin politik, dalam hal ini pemerintah. Akan tetapi hubungan yang tersusun atas ruang lingkup yang berbeda-beda dan saling bekerja sama adalah politisi, yakni sebagai komunikasi yang memiliki konsekuensi bagi pengaturan perbuatan manusia dan kondisi konflik.
4.
Proses Komunikasi Politik
Dalam prosesnya komunikasi politik menjadi salah satu
jurus terjitu sebagai jembatan dalam penyampaian pesan politik dan tujuan –
tujuan politik. Proses komunikasi politik ini terjadi disemua lapisan
masyarakat dari yang awam plitil sampai pada para elit politik. Kegiatan ini
juga sering kali melibatkan media massa sebagai alat untuk menyebar luaskan
jangkauan dan efek informasi dari kegiatan komunikasi politik itu sendiri.
Seperti
halnya dalam Pemilu Presiden yang para kandidat dan partai saling berlomba –
lomba untuk mendapatkan citra positif dimata masyarakat dengan berbagai upaya
komunikasi politik demi mendapatkan suara dukungan teranyak, mereka tidak hanya
berkomunikasi politik tetapi seringkali juga terdapat “kampanye hitam” dan “kampanye
putih”. Dalam Pemilihan Kepada Daerah, seperti yang terjadi di daerah DKI
Jakarta sekarang ini, semua pertain politik berbondong – bonding mencari dan
mengusung para kandidat dengan image
masing – masing untuk mendapatkan dukungan dari warga ibu kota. Usaha yang
dilancarkan para kandidat yang didukung oleh partai tidaklah main – main,
mereka melakukan komunikasi langsung dengan warga korban banjir, warga kolong
jematan atau bahkan meraka mendatangi pemukiman kumuh dipinggiran kali atau
pembungan sampah. Mereka berdialog sekaligus mengunggkapkan janji – janji manis
sebagai bentuk komuniksi politik mereka yang pada nyatanya janji tersebut belum
tentu dipenuhi pada saat mereka terpilih. Kegitan tersebut juga diliput oleh
rekan media dengan tujuan bahwa seluruh warga Negara pada umumnya dan warga DKI
lainnya pada khususnya dapat mengetahui apa yang dilakukan oleh para kandidat
demi memunculkan citra positif dan merebut suara warga DKI pada khususnya.
5.
Kesimpulan
Komunikasi politik, hal ini
sebernanya difungsikan sebagai cara, perantara, dan jembatan pemilik kekuasaan
dengan rakyat atau publiknya yang bersifat saling ketergantungan dalam ruang
lingkup bernegara. Peran media massa sendiri selain sebagai alat penyampai dan
penyebarluasan komunikasi politik diharapkan sebagai pengontrol informasi dan
tidak dituggangi oleh pemilik dan penguasa demi tujuan – tujuan tertentu,
tetapi media dapat berdiri sendiri sebagai suatu media yang “sehat” dan berguna
bagi masyarakat dalam memenuhi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar